Seuramoe Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.



 
HomeSeuramoeSearchRegisterLatest imagesLog in

 

 Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia

Go down 
AuthorMessage
Admin
Administrator
Admin


Join Date : 2011-05-06
Location : Banda Aceh
Posts : 73
Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia Left_bar_bleue100 / 100100 / 100Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia Right_bar_bleue


Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia Empty
PostSubject: Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia   Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia EmptySat 11 Jun 2011 - 16:04

Quote:

Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia IUwEi

Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir
sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya.
Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah
mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.

Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya
terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita
cukup banyak tentang hidup dan ''karir''-nya. Dari anak pasangan
pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54
pengemis di Surabaya.

Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih
menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan
atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur
ke kantong.

Sekarang, setiap hari, dia mengaku
mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti,
dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.


Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat,
yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung
halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk
dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu,
ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.

Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004.

Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian
ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil
Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik.

Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat
seperti ''orang mampu''. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut
berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan
menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup.
Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.

Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria
beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir
orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ''Yang penting
halal,'' ujarnya mantap.

Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis.
Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak
sebelum usia sepuluh tahun. Menurtu dia, tidak lama setelah peristiwa
pemberontakan G-30-S/PKI.

Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ''Dulu awalnya
saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,'' ungkapnya.

Karena mengemis di Bangkalan kurang ''menjanjikan'', awal 1970-an, Cak
To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut,
dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat
tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan
Jembatan Merah.

Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika
remaja, ''bakat'' Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat.

Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas
preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga.
Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ''Saya sering berkelahi
untuk mempertahankan uang,'' ungkapnya bangga.

Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani
melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan
pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut
ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ''Wis tak nampek.
Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet,
Red),'' tegasnya.

Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi
ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ''Kami
berpencar kalau mengemis,'' jelasnya.

Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.

Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis,
berbagai ''ilmu'' dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan.
Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan
sebagainya.

Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi
pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan
1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu
per hari. ''Pokoknya sudah enak,'' katanya.

Dengan penghasilan yang terus
meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya.
Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ''Saya
pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,'' kenangnya.


Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.

Cerita tentang ''keberhasilan'' Cak To menyebar cepat di kampungnya.
Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ''Kasihan, panen mereka
gagal. Ya sudah, saya ajak saja,'' ujarnya enteng.

Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang
baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah
kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ''Kali pertama, teman-teman mengaku
malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa
membantu saudara di kampung,'' tegasnya.

Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah
kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke
Surabaya Timur.

Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika
sampai di ''pos khusus'', Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti
penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.

Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan
perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya
kontrakan sendiri-sendiri.

Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia
menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To
terus menunjukkan peningkatan...

Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak
anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak
To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.

Sebenarnya, Cak To tak mau
mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah
didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300
ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.


Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya
minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali,
atau sebulan sekali. ''Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal
kepada saya,'' ucapnya.

Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah
kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai
donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ''Amal itu kan ibadah. Mumpung
kita masih hidup, banyaklah beramal,'' katanya.

Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ''Saya ingin naik haji,'' ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010 nanti.

Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia 4028342570 Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia 4028342570 Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia 4028342570
Back to top Go down
 
Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia
Back to top 
Page 1 of 1
 Similar topics
-
» Sepuluh Selebriti Muda Dunia Terkaya
» 10 Kisah Lucu Penuh Motivasi
» 99% Sinetron Indonesia PLAGIAT
» Hanya di Indonesia Yang Ada Begini...
» Jangan Takut Untuk Menjadi Indonesia

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Seuramoe Forum :: ● THE LOUNGE ● :: Lounge-
Jump to: