Seuramoe Forum
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.



 
HomeSeuramoeSearchRegisterLatest imagesLog in

 

 Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita!

Go down 
AuthorMessage
june.dawn
Co-Admin
june.dawn


Join Date : 2011-06-06
Location : Banda Aceh
Posts : 101
Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita! Left_bar_bleue98 / 10098 / 100Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita! Right_bar_bleue


Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita! Empty
PostSubject: Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita!   Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita! EmptyTue 14 Jun 2011 - 15:08

Kalau ada seorang penceramah berkata di atas mimbar: “Sungguh
perbuatan syirik dan pelanggaran tauhid sering terjadi dan banyak
tersebar di masyarakat kita!”, mungkin orang-orang akan keheranan dan
bertanya-tanya: “Benarkah itu sering terjadi? Mana buktinya?”.
Tapi kalau berita ini bersumber dari firman Allah Ta’ala dalam al-Qur’an, masihkah ada yang meragukan kebenarannya? Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ}
Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah, melainkan
dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan sembahan-sembahan lain)
” (QS Yusuf:106).
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjelaskan arti ayat ini:
“Kalau ditanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit?
Siapakah yang menciptakan bumi? Siapakah yang menciptakan gunung? Maka
mereka akan menjawab: “Allah (yang menciptakan semua itu)”, (tapi
bersamaan dengan itu) mereka mempersekutukan Allah (dengan beribadah dan
menyembah kepada selain-Nya)[1].
Semakna dengan ayat di atas Allah Ta’ala juga berfirman,

{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}
Dan sebagian besar manusia tidak beriman (dengan iman yang benar) walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS Yusuf:103).
Artinya: Mayoritas manusia walaupun kamu sangat menginginkan dan
bersunguh-sungguh untuk (menyampaikan) petunjuk (Allah), mereka tidak
akan beriman kepada Allah (dengan iman yang benar), karena mereka
memegang teguh (keyakinan) kafir (dan syirik) yang merupakan agama
(warisan) nenek moyang mereka[2].
Dalam hadits yang shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih menegaskan hal ini dalam sabda beliau,

«لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ أُمَّتِي بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى يَعْبُدُوا الأَوْثَانَ»
Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa qabilah
(suku/kelompok) dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan
sampai mereka menyembah berhala (segala sesuatu yang disembah selain
Allah
Ta’ala)[3].
Ayat-ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan syirik terus ada dan terjadi di umat Islam sampai datangnya hari kiamat[4].
Hakikat Syirik
Perbuatan syirik adalah menjadikan syarik (sekutu) bagi Allah Ta’ala dalam sifat rububiyah-Nya (perbuatan-perbuatan Allah Ta’ala yang khusus bagi-Nya, seperti mencipta, melindungi, mengatur dan memberi rizki kepada makhluk-Nya) dan uluhiyah-Nya
(hak untuk disembah dan diibadahi semata-mata tanpa disekutukan).
Meskipun mayoritas perbuatan syirik (yang terjadi di umat ini) adalah
(syirik) dalam sifat uluhiyah-Nya, yaitu dengan berdoa
(meminta) kepada selain Allah bersamaan dengan (meminta) kepada-Nya,
atau mempersembahkan satu bentuk ibadah kepada selain-Nya, seperti
menyembelih (berkurban), bernazar, rasa takut, berharap dan mencintai[5].
Syaikhul Islam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab menjelaskan hakikat perbuatan syirik yang diperangi oleh semua Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diutus oleh Allah Ta’ala, beliau berkata, “Ketahuilah, semoga Allah merahmatimu, sesungguhnya tauhid adalah mengesakan Allah Ta’ala dalam beribadah. Inilah agama (yang dibawa) para Rasul yang diutus oleh Allah kepada umat manusia.
Rasul yang pertama adalah (nabi) Nuh ‘alaihis salam yang diutus oleh Allah kepada kaumnya ketika mereka bersikap ghuluw
(berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan) orang-orang yang
shaleh (di kalangan mereka, yaitu) Wadd, Suwa’, Yaguts, Ya’uq dan Nasr[6].
Rasul yang terakhir (yaitu) nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dialah yang menghancurkan gambar-gambar (patung-patung) orang-orang shaleh tersebut. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
diutus oleh Allah kepada kaum (orang-orang musyrik) yang selalu
beribadah, berhaji, bersedekah dan banyak berzikir kepada Allah, akan
tetapi mereka (berbuat syirik dengan) menjadikan makhluk sebagai
perantara antara mereka dengan Allah (dalam beribadah). Mereka
mengatakan: “Kami menginginkan dari perantara-perantara makhluk itu
untuk mendekatkan diri kepada Allah[7], dan kami menginginkan syafa’at mereka di sisi-Nya”[8]. (Perantara-perantara tersebut adalah) seperti para malaikat, nabi Isa bin Maryam, dan orang-orang shaleh lainnya.
Maka Allah mengutus nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memperbaharui (memurnikan kembali) ajaran agama yang pernah dibawa oleh nabi Ibrahim ‘alaihis salam
(yaitu ajaran tauhid) dan menyerukan kepada mereka bahwa (bentuk)
pendekatan diri dan keyakinan (seperti) ini adalah hak Allah yang murni
(khusus bagi-Nya) dan tidak boleh diperuntukkan sedikitpun kepada
selain-Nya, meskipun itu malaikat atau nabi utusan-Nya, apalagi yang
selainnya”[9].
Contoh-Contoh Perbuatan Syirik yang Banyak Terjadi Di Masyarakat
Perbuatan-perbuatan syirik seperti ini sangat sering dilakukan oleh
sebagian kaum muslimin, bahkan perbuatan syirik yang dilakukan oleh
orang-orang di jaman Jahiliyah, sebelum datangnya Islam, masih juga
sering terjadi di jaman modern ini.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: “Perbuatan syirik yang
terjadi di jaman Jahiliyah (juga) terjadi pada (jaman) sekarang ini:
1- Dulunya orang-orang musyrik (di jaman Jahiliyah)
meyakini bahwa Allah Dialah Yang Maha Pencipta dan Pemberi rizki (bagi
semua mekhluk-Nya), akan tetapi (bersamaan dengan itu) mereka berdoa
(meminta/menyeru) kepada para wali (orang-orang yang mereka anggap
shaleh dan dekat kepada Allah Ta’ala) dalam bentuk
berhala-berhala, sebagai perantara untuk (semakin) mendekatkan mereka
kepada Allah (menurut persangkaan sesat mereka). Maka Allah tidak
meridhai (perbuatan) mereka menjadikan perantara (dalam berdoa)
tersebut, bahkan Allah menyatakan kekafiran mereka dalam firman-Nya,

{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ
أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى،
إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ،
إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ}
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata):
“Kami tidak menyembah mereka (sembahan-sembahan kami) melainkan supaya
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”.
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang
mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk
kepada orang-orang yang pendusta dan sangat besar kekafirannya
” (QS az-Zumar:3).
Allah Ta’ala maha mendengar lagi maha dekat, Dia tidak butuh kepada perantara dari makhluk-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

{وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ}
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah maha dekat” (QS al-Baqarah:186).
Kita saksikan di jaman sekarang ini kebanyakan kaum muslimin berdoa
(meminta/menyeru) kepada wali-wali dalam wujud (penyembahan terhadap)
kuburan mereka, dengan tujuan untuk mendekatkan diri mereka kepada
Allah.
Maka berhala-berhala (di jaman Jahiliyah) adalah wujud dari para wali
(orang-orang yang mereka anggap shaleh dan dekat kepada Allah Ta’ala)
yang telah wafat menurut pandangan orang-orang musrik (di jaman
Jahiliyah), sedangkan kuburan adalah wujud dari para wali yang telah
wafat menurut pandangan orang-orang yang melakukan perbuatan Jahiliyah
(di jaman sekarang), meskipun harus diketahui bahwa fitnah
(kerusakan/keburukan yang ditimbulkan) dari (penyembahan terhadap)
kuburan lebih besar dari fitnah (penyembahan) berhala !
2- Dulunya orang-orang musyrik (di jaman Jahiliyah)
selalu berdoa kepada Allah semata di waktu-waktu sulit dan sempit,
kemudian mereka menyekutukan-Nya di waktu lapang. Allah berfirman:

{فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ
إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ}
Maka apabila mereka mengarungi (lautan) dengan kapal mereka
berdoa kepada Allah dengan memurnikan agama bagi-Nya; kemudian tatkala
Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah)
, (QS al-‘Ankabuut:65).
Maka bijimana mungkin diperbolehkan bagi seorang muslim untuk berdoa
kepada selain Allah dalam waktu sempit dan lapang (sebagaimana yang
sering dilakukan oleh banyak kaum muslimin di jaman ini)?[10].
Contoh-contoh lain perbuatan perbuatan syirik yang banyak tersebar di masyarakat[11]:
1- Mempersembahkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allah Ta’ala,
seperti berdoa (memohon) kepada orang-orang shaleh yang telah mati,
meminta pengampunan dosa, menghilangkan kesulitan (hidup), atau
mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seperti keturunan dan kesembuhan
penyakit, kepada orang-orang shaleh tersebut. Juga seperti mendekatkan
diri kepada mereka dengan sembelihan qurban, bernazar, thawaf, shalat
dan sujud…Ini semua adalah perbuatan syirik, karena Allah Ta’ala berfirman,

{ قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لا شَرِيكَ لَهُ
وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ}
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada
sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku
adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)
” (QS al-An’aam:162-163).
2- Mendatangi para dukun, tukang sihir, peramal
(paranormal) dan sebagainya, serta membenarkan ucapan mereka. Ini
termasuk perbuatan kafir (mendustakan) agama yang diturunkan kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdasarkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal kemudian
membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap agama yang
diturunkan kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam[12].
Allah Ta’ala menyatakan kekafiran para dukun, peramal dan tukang sihir tersebut dalam firman-Nya,

{وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ
عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ
الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزلَ
عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ
مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ
وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ
وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا
لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا
شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ}
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada
masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir),
hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua
orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir.”
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir
itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorang pun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu
yang memberi mudharat kepada diri mereka sendiri dan tidak memberi
manfaat. Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa
yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual
dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui
. (QS al-Baqarah:102).
Hal ini dikarenakan para dukun, peramal dan tukang sihir tersebut
mengaku-ngaku mengetahui hal-hal yang gaib, padahal ini merupakan
kekhususan bagi Allah Ta’ala,

{قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ}
Katakanlah:”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak
mengetahui bilamana mereka akan dibangkitkan
” (QS an-Naml:65).
Selain itu, mereka selalu bekerjasama dengan para jin dan setan dalam
menjalankan praktek perdukunan dan sihir mereka, bahkan para jin dan
setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam praktek tersebut sampai
mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada Allah Ta’ala,
misalnya mempersembahkan hewan qurban untuk para jin dan setan
tersebut, menghinakan al-Qur’an dengan berbagai macam cara, atau
perbuatan-perbuatan kafir lainnya[13]. Allah Ta’ala berfirman,

{وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا}
Dan bahwasannya ada beberapa orang dari (kalangan) manusia
meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin, maka
jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan
” (QS al-Jin:6).
3- Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang melarang hal ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, Janganlah
kalian berlebihan dan melampaui batas dalam memujiku sebagaimana
orang-orang Nashrani berlebihan dan melampaui batas dalam memuji (nabi
Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku adalah hamba (Allah), maka
katakanlah: hamba Allah dan rasul-Nya
[14].
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang tidak mungkin beliau ikut memiliki sebagian dari sifat-sifat yang khusus milik Allah Ta’ala, seperti mengetahui ilmu gaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia, mengatur alam semesta, dan lain-lain. Allah Ta’ala berfirman,

{قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا
ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ
لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا
نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ}
Katakanlah:Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku
dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah.
Dan seandainya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku akan melakukan
kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku
tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman
” (QS al-A’raaf:188).
Di antara bentuk-bentuk pengagungan yang berlebihan dan melampaui batas kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut:
- Meyakini bahwa beliau mengetahui perkara yang gaib dan bahwa dunia diciptakan karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Memohon pengampunan dosa dan masuk surga kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena semua perkara ini adalah khusus milik Allah Ta’ala dan tidak ada seorang makhlukpun yang ikut serta memilikinya.
- Melakukan safar (perjalanan) dengan tujuan menziarahi kuburan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yang melarang perbuatan ini dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidak boleh melakukan perjalanan (dengan tujuan ibadah) kecuali ke
tiga masjid: Masjidil haram, Masjid nabawi dan Masjidil aqsha”[15].
Dan semua hadits yang menyebutkan keutamaan melakukan perjalanan untuk mengunjungi kuburan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits yang lemah dan tidak benar penisbatannya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang ditegaskan oleh sejumlah imam ahli hadits.
Adapun melakukan perjalanan untuk melakukan shalat di Masjid nabawi
maka ini adalah perkara yang dianjurkan dalam Islam berdasarkan hadits
yang shahih[16].
- Meyakini bahwa keutamaan Masjid nabawi adalah karena adanya kuburan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini jelas merupakan kesalahan yang sangat fatal, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyebutkan keutamaan shalat di Mesjid nabawi sebelum beliau wafat.
4- Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan kuburan orang-orang shaleh, yang terwujud dalam berbagai bentuk di antaranya:
- Memasukkan kuburan ke dalam mesjid dan meyakini adanya keberkahan dengan masuknya kuburan tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah
melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, (kerena) mereka menjadikan
kuburan nabi-nabi mereka sebagai mesjid (tempat ibadah)”[17].
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian selalu menjadikan
kuburan para nabi dan orang-orang shaleh (di antara) mereka sebagai
mesjid (tempat ibadah), maka janganlah kalian (wahai kaum muslimin)
menjadikan kuburan sebagai mesjid, sesungguhnya aku melarang kalian dari
perrbuatan tersebut”[18].
- Membangun (meninggikan) kuburan dan mengapur (mengecat)nya.
Dalam hadits yang shahih Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari mengapur (mengecat) kuburan, duduk di atasnya, dan membangun di atasnya”[19].
Perbuatan-perbuatan ini dilarang karena merupakan sarana yang membawa kepada perbuatan syirik (menyekutukan Allah Ta’ala dengan orang-orang shaleh tersebut).
5- Termasuk perbuatan yang merusak tauhid dan akidah
seorang muslim adalah menggantungkan jimat, yang berupa benang,
manik-manik atau benda lainnya, pada leher, tangan, atau tempat-tempat
lainnya, dengan meyakini jimat tersebut sebagai penangkal bahaya dan
pengundang kebaikan.
Perbuatan ini dilarang keras oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau, “Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka sungguh di telah berbuat syirik”[20].
6- Demikian juga perbuatan ath-Thiyarah/at-Tathayyur, yaitu menjadikan sesuatu sebagai sebab kesialan atau keberhasilan suatu urusan, padahal Allah Ta’ala tidak menjadikannya sebagai sebab.
Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebda beliau, “(Melakukan) ath-thiyarah adalah kesyirikan”[21].
7- Demikian juga perbuatan bersumpah dengan nama selain Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barngsiapa yang bersumpah dengan (nama) selain Allah maka sungguh dia telah berbuat syirik”[22].
Nasehat dan Penutup
Demikianlah sedikit dari contoh-contoh perbuatan syirik yang terjadi
di masyarakat, yang ini semua seharusnya menjadikan seorang muslim
selalu memikirkan dan mengkhawatirkan dirinya akan kemungkinan
terjerumus ke dalam perbuatan tersebut. Karena siapa yang mampu menjamin
dirinya dan keluarganya selamat dari keburukan yang terjadi pada
orang-orang yang hidup disekitarnya?
Kalau nabi Ibrahim ‘alaihis salam saja sampai
mengkhawatirkan dirinya dan keluarganya terjerumus dalam perbuatan
menyembah kepada selain Allah (syirik), sebagaimana doa yang
diucapkannya:

{وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ}
Jauhkanlah diriku dan anak cucuku dari (perbuatan) menyembah berhala” (QS Ibrahim:35)
Padahal beliau ‘alaihis salam adalah nabi mulia yang
merupakan panutan dalam kekuatan iman, kekokohan tauhid, serta ketegasan
dalam memerangi syirik dan pelakunya.
Maka tentunya kita lebih pantas lagi mengkhawatirkan hal tersebut
menimpa diri kita, dengan semakin bersunggh-bersungguh berdoa dan
meminta perlindungan kepada-Nya agar dihindarkan dari semua perbuatan
tersebut dan sebab-sebab yang membawa kepadanya.
Sebagaimana doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat yang mulia, Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu,

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ»
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan
menyekutukan-Mu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu dari
apa yang tidak aku ketahui (sadari)”[23].
Juga tentu saja, dengan semakin giat mengusahakan sebab-sebab yang
semakin memantapkan akidah tauhid dalam diri kita, yaitu dengan semakin
semangat mempelajari ilmu tentang tauhid dan keimanan, serta berusaha
semaksimal mungkin mempraktekkan dan merealisasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 19 Jumadal tsaniyah1431 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id

[1] Dinukil oleh imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau (2/649), lihat juga kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 406).
[2] Kitab “Fathul Qadiir” (4/77).
[3]
HR Abu Dawud (no. 4252), at-Tirmidzi (no. 2219) dan Ibnu Majah (no.
3952), dinyatakan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.
[4] Lihat kitab “al-‘Aqiidatul Islaamiyyah” (hal. 33-34) tulisan syaikh Muhammad bin Jamil Zainu.
[5] Kitab “at-Tauhid” (hal. 8) tulisan syaikh Shaleh bin Fauzan al-Fauzan.
[6]
Ini adalah nama-nama orang shaleh dari umat nabi Nuh ‘alaihis salam
yang kemudian setelah mereka wafat, kaumnya menjadikan patung-patung
mereka sebagai sembahan selain Allah Ta’ala. Lihat QS Nuh:23.
[7] Sebagaimana yang disebutkan dalam QS az-Zumar:3.
[8] Sebagaimana yang disebutkan dalam QS Yuunus:18.
[9] Kitab “Kasyfusy syubuhaat” (hal. 7).
[10] Kitab “al-‘Aqiidatul Islaamiyyah” (hal. 46).
[11]
Pembahasan ini diringkas dari kitab “Mukhaalafaat fit tauhiid” tulisan
syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rayyis, dengan sedikit tambahan dan penyesuaian.
[12]
HR Ahmad (2/429) dan al-Hakim (1/49), dishahihkan oleh al-Hakim,
disepakati oleh adz-Dzahabi dan syaikh al-Albani dalam “Ash-Shahiihah”
(no. 3387).
[13] Lihat kitab “at-Tamhiid li syarhi kitaabit tauhiid” (hal. 317) dan kitab “Hum laisu bisyai” (hal. 4).
[14] HSR al-Bukhari (no. 3261).
[15] HSR al-Bukhari (no. 1132) dan Muslim (no. 1397).
[16] HSR al-Bukhari (no. 1133) dan Muslim (no. 1394).
[17] HSR al-Bukhari (no. 1265) dan Muslim (no. 529).
[18] HSR Muslim (no. 532).
[19] HSR Muslim (no. 970).
[20] HR Ahmad (4/156) dan dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam “Ash-Shahiihah” (no. 492).
[21]
HR Abu Dawud (no. 3910), at-Tirmidzi (no. 1614) dan Ibnu Majah (no.
3538), dinyatakan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani
dalam “Ash-Shahiihah” (no. 429).
[22]
HR Abu Dawud (no. 3251) dan at-Tirmidzi (no. 1535), dinyatakan hasan
oleh imam at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam
“Ash-Shahiihah” (no. 2042).
[23] HR al-Bukhari dalam “al-Adabul mufrad” (no. 716) dan Abu Ya’la (no. 60), dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani.
Back to top Go down
 
Waspada Berbagai Syirik di Sekitar Kita!
Back to top 
Page 1 of 1

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Seuramoe Forum :: ● RELIGI & SPIRITUAL ● :: Islam Itu Indah :: AQIDAH-
Jump to: