Syaikh Abdul Muhsin bin Nashir Alu Ubaikan (salah seorang ulama di Kerajaan Saudi Arabia) berkata,
Di antara permasalahan kontemporer yang perlu ditelaah dengan
pemahaman yang cermat adalah permasalahan yang muncul di zaman ini
terkait dengan penghormatan terhadap negara dan sistemnya serta
penghormatan terhadap symbol negara. Itulah permasalahan hormat bendera.
Yang dimaksud dengan hormat bendera di sini adalah berdiri untuk
menghormati bendera. Sebagian orang telah berbicara mengenai hukum
permasalahan ini tanpa menilainya dengan melihat akar permasalahannya
dan analisis fikih yang tepat. Akibatnya mereka mengeluarkan hukum yang
tidak sesuai dengan realita di lapangan dan tidak sesuai dengan maksud
atau tujuan orang yang memberikan penghormatan terhadap bendera.
Jika kita melihat, bendera itu pada asalnya adalah benda yang
dikerubungi oleh pasukan perang dan peperangan dilakukan di bawah
kibarannya. Jadi bendera perang adalah simbol tegaknya kepemimpian
seorang panglima perang sehingga jatuhnya bendera perang bermakna kalah
perang. Di zaman ini bendera itu menjadi simbol negara yang dikibarkan
di berbagai momentum. Dengan menghormati bendera berarti menghormati
kepemimpinan pemimpin negara.
Demikian pula, kita perlu menimbang kondisi orang yang memberikan
penghormatan kepada bendera. Realitanya mereka tidaklah menghormati
jenis kain yang menjadi bahan pembuatan bendera
namun mereka menghormati negara yang bendera merupakan simbolnya.
Ulama yang berpendapat bahwa hormat bendera itu
bid’ah bermakna bahwa orang yang memberikan penghormatan terhadap bendera
beribadah kepada Allah dengan cara ini yaitu hormat bendera. Inilah
makna bid’ah dalam hukum syariat. Namun tidak kami jumpai seorang pun
yang bermaksud demikian ketika memberikan penghormatan terhadap bendera.
Andai ada orang yang mengatakan bahwa dalam penghormatan terhadap
bendera terdapat pengagungan terhadap bendera itu sendiri sebagaimana
pengagungan terhadap sesuatu yang disembah. Tidaklah diragukan bahwa hal
tersebut adalah
kemusyrikan kepada Allah namun kami tidak mengetahui seorang pun yang melakukannya.
Dengan mengkaji ‘
illah atau sebab hukum yang bisa dijadikan
sebagai landasan penilaian dalam masalah ini sangatlah jelas bahwa orang
yang memberikan penghormatan terhadap bendera tidaklah bermaksud dengan
dengan maksud-maksud di atas.
Namun maksud penghormatan bendera adalah penghormatan terhadap negara dan simbol negara.
Terkait dengan bendera Kerajaan Saudi Arabia, bendera tersebut memuat
kalimat tauhid (laa ilaha illallah) yang wajib dihormati oleh setiap
muslim.
Suatu hal yang sudah kita ketahui bersama, dalam hukum syariat penghormatan terhadap makhluk itu
jika tidak semisal dengan penghormatan terhadap Allah hukumnya boleh. Dalilnya saat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkirim
surat kepada Heraklius dalam suratnya Nabi mengatakan, “Dari Muhammad
utusan Allah untuk Heraklius seorang yang dihormati oleh bangsa Romawi”.
Ketika Saad bin Muadz datang untuk menjatuhkan hukuman kepada Yahudi
Bani Quraizhah Nabi bersabda, “Berdirilah kalian-wahai para anshar-untuk
pemimpin kalian”.
Berdiri untuk menghormati orang yang datang adalah penghormatan
biasa, bukan penghormatan dengan level penghambaan. Sehingga berdiri
tersebut tidaklah sampai level pengagungan sebagaimana pengagungan
kepada Allah. Penghormatan semisal ini hukumnya boleh diberikan kepada
makhluk sebagaimana dalil-dalil di atas”.
Text fatwa:
فإن من النوازل التي تحتاج إلى فقه دقيق
هي ما ظهر في هذا الزمن من مسألة تتعلق باحترام الدولة ونظامها وتعظيم
رمزها ألا وهي تحية العلم , والمقصود القيام تعظيماً للعلم وقد تكلم البعض
في هذه المسألة من غير تأصيل ولا تكييف فقهي فأصدروا أحكاماً لها لا
تتوافق مع الواقع المحسوس ولا مع ما يقصده من يأتي بالتحية وإذا نظرنا إلى
أن العلم أو اللواء في الأصل هو ما تلتف حوله الجيوش وتخاض تحته الحروب
فكان رمزاً للقيادة وبسقوطه تحصل الهزيمة , وفي هذا الزمن أصبح العلم هو
شعار الدولة فيرفع في المناسبات ويحصل بتعظيمه تعظيم القيادة , وإذا نظرنا
إلى حال الذين يقومون بتحية العلم وجدنا أنهم لا يعظمون نوع القماش الذي
صنع منه العلم وإنما يعظمون ما هو شعار له, فمن قال من العلماء إن تحية
العلم بدعة فإنه يلزم من حكمه أن يكون المحيي للعلم متعبداً لله عز وجل
بهذه الوسيلة التي هي تحية العلم وهذا معنى البدعة في الشريعة ولا نجد
أحداً يقصد بالتحية هذا المعنى , ولو قال قائل إنه بهذه التحية يعظم نفس
العلم تعظيم عبادة فهذا ولا شك شرك بالله عز وجل لا نعلم أحداً فعله,
وبتحقيق المناط يتضح جلياً أن الذي يحيي العلم لا يقصد ما تقدم ذكره وإنما
يقصد تعظيم الدولة ورمزها ,وبالنسبة لعلم المملكة العربية السعودية فهو
يحوي كلمة التوحيد والتي يجب تعظيمها من كل مسلم , ومن المعلوم شرعاً أن
تعظيم المخلوق إذا لم يكن من باب تعظيم الخالق عز وجل فهو جائز كما فعل صلى
الله عليه وسلم عندما كتب إلى هرقل فقال( من محمد رسول الله إلى هرقل عظيم
الروم) , وقال عندما أقبل سعد بن معاذ رضي الله عنه ليقضي في بني قريظة
(قوموا إلى سيدكم) و(القيام تعظيم للقادم تعظيم عادة لا تعظيم عبادة) فهو
لا يرتقي إلى درجة تعظيم الخالق وهذا سائغ في حق المخلوق كما جاءت به
الأدلة والله أعلم وصلى الله وسلم على نبينا محمد وآله وصحبه
.
Lihat fatwa tersebut secara lengkap
di sini. Baca pula berbagai fatwa ulama tentang hukum hormat bendera
di sini.
Silakan para pembaca simpulkan bijimana hukum hormat bendera dengan
menimbang penjelasan Syaikh Abdul Muhsin bin Nashir Alu Ubaikan di atas.
Wallahu waliyyut taufiq.
Riyadh-KSA, 8 Rajab 1432 H (09/06/2011)
www.muslim.or.id